Anak Bangsa yang Menemukan Obat Kanker Mematikan di Indonesia: Proyeksi dan Pembelajaran Nasib Sumber Daya Indonesia dari Penerima Nobel China

     Baru – baru ini kesehatan Indonesia dihebohkan dengan munculnya anak bangsa yang menemukan obat alternatif untuk penyakit Kanker yang merupakan penyakit paling mematikan setelah penyakit Cardiovascular di Indonesia (WHO, 2018). Penyakit tersebut adalah Kanker payudara dan Kanker Serviks, kedua kanker tersebut merupakan jenis kanker paling mematikan pada wanita utamanya di Indonesia (WHO, 2014).

     Sebuah karya ilmiah yang dipresentasikan dalam kontes dunia di Korea berhasil mengharumkan nama Indonesia dengan mendapatkan predikat Juara dunia dalam kategori Life Science. Bajakah, sebuah tanaman yang hanya ditemukan di daerah Kalimantan Tengah yang merupakan tanaman yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai tanaman yang bisa menyembuhkan penyakit. Seperti yang di alamai oleh nenek dari Yazid. Yazid merupakan pelajar SMA yang menceritakan kisah neneknya kepada guru pembimbing karya ilmiah disekolahnya bahwa neneknya telah mengalami kanker payudara stadium 4 selama 10 tahun dan sekarang kondisinya telah membaik setelah mengkonsumsi air dari Bajakah. Aysa Aurealya Maharani, Anggina Rafitri, dan Yazid Rafli Akbar dan guru pembimbing Ibu Helita kemudian melakukan penelitian ke hewan mencit yang disuntikkan sel kanker. Setelah kurang dari dua bulan dengan pengobatan menggunakan air dari tanaman bajakah yang telah dikeringkan, kanker pada mencit tersebut secara perlahan hilang. Penelitian tersebut kemudian di uji lebih lanjut di Universitas Lambung Mangkurat dan ditemukan beragam kandungan diantaranya antioxidant yang berlimpah yang bisa menyembuhkan kanker.

     Selain pada tanaman bajakah tersebut untuk penyembuhan kanker payudara, tiga mahasiswa UI, Mustika Sari, Sarah Salsabila, dan She Liza Noer juga menemukan alternatif lain pada penyembuhan kanker serviks dari racun duri Lionfish. Penelitian yang dilatarbelakangi oleh meningkatnya kematian akibat kanker serviks di Indonesia, dan dilain hal, para peneliti juga mencoba upaya untuk ikut menjaga ekosistem laut, dimana lionfish memiliki dampak yang merugikan bagi nelayan akibat adanya species invasive yang menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem dan penurunan ikan lokal. Dari hasil pengujian in vitro, ditemukan bahwa racun ikan lionfish yang mengandung peptida yang memiliki aktifitas antiproliferatif terhadap sel kanker dengan mekanisme apoptosis berhasil membunuh sel kanker serviks.

     Dari kedua penelitian tersebut yang menemukan alternatif dari alam untuk menyembuhkan penyakit mematikan di Indonesia merupakan gambaran akan kekayaan Indonesia, baik dari sumber daya alam (SDA), juga dari sumber daya manusia (SDM) nya. Hal ini bukan hanya menjadi kebanggaan, namun juga peluang besar untuk membangun kualitas Pendidikan, utamanya penelitian di Indonesia. Namun, sudah terlalu banyak kejadian yang sama terjadi sebelumnya, dimana potensi – potensi tersebut bermunculan namun tidak ada kejelasan akan masa depannya. Sebagai contoh pada penelitian yang sama sebelumnya yang menemukan permen jelly dari daun sirsak untuk mencegah kanker yang nasib kelanjutan penelitaanya setelah menjadi juara juga tidak jelas dikarenakan , begitu juga dengan beberapa obat herbal lainnya.

     Memang, untuk mematenkan suatu penelitian dan menguji penelitian tersebut untuk diterapkan dalam klinik memerlukan waktu yang panjang karena harus melewati berbagai penelitian lanjutan dan uji klinik. sNamun, bukankah hasilnya akan menjadi sesuatu yang sangat bermanfaat? utamanya dalam bidang kesehatan terutama sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan saat ini.

     Belajar dari penerima Nobel asal China, Tu Youyou, seorang yang memang dari awal fokus pada pengobatan tradisional berhasil menemukan solusi untuk pengobatan Malaria. Pada awal tahun 1950, China kekurangan sumber daya manusia akan bagian tenaga kesehatan khsusunya dokter dan ahli kedokteran tradisional sehingga membuat pemerintah China meluncurkan program untuk meningkatkan sumber daya tersebut melalui program kombinasi antar kedokteran Barat dan kedokteran China. Hal tersebut menjadi langkah awal akan pencapaian Tu YouYou akan potensinya. Bermula dari hebohnya penyakit Malaria saat itu yang menyebabkan meningkatnya angka kematian sehingga membuat pemerintah China meluncurkan program lainnya yang berfokus pada penelitian terhadap antimalaria, dan Tu YouYou yang merupakan peneliti muda saat itu ditunjuk untuk memimpin bagian pengontrolan penyakit Malaria (National 523 office) untuk mengkoordinir penelitian secara Nasional yang bertugas untuk mencari obat antimalaria pada obat traditional China.

     Dengan berbagai usaha mulai dari pengumpulan informasi dari literatur obat tradisional China, dan dari cerita – cerita masyarakan akan resep obat, serta wawancara dengan para ahli obat tradisional maka terkumpul lebih dari 2000 pengobatan herbal, lalu disimpulkan sebanyak 640 preskripsi dan berhasil dibukukan dalam bentuk brosur dengan judul “Antimalarial Collection of Receipes and Prescriptions”. Setelah proses pengumpulan informasi tersebut, maka dilakukan percobaan terhadap hewan. Tentunya bukan dalam waktu yang singkat untuk memfilter setiap jenis obat tradisional yang akan diteliti, dan setelah melewati banyak kegagalan juga, sampailah pada percobaan menggunakan tumbuhan herbal Qinghao, yang kemudian di ekstrak lalu mencobanya pada hewan yang terkena malaria termasuk pada monyet. Tantangan besar lainnya adalah pada saat itu banyak perusahaan farmasi yang tutup sehingga team penelitian tersebut harus melakukan sendiri untuk mengextrak dari tumbuhan Qinghao. Setelah melakukan penelitian pada hewan, selanjutnya dilakukan percobaan di klinik dan berhasil mengobati 21 penderita malaria di rumah sakit di Hainan dan Beijing.

   Setelah berhasil melewati beberapa pengujian di laboratorium dan di klinik, penelitian lanjutan dilakukan dan berhasil ditemukan komponen utama yang menyembuhkan malaria. Komponen tersebut adalah Artemisisnin dan Dihydroartemisinin. Setelah berhasil melewati semua proses mulai dari percobaan kimia, farmasi, farmakokinetik, tingkat kestabilan, dan percobaan klinik, Artemisisni dan Dihydroartemisinin kemudian diakui oleh Menteri Kesehatan China sebagai jenis obat baru. Dari penemuan tersebut pula, berhasil mengantarkan Tu YouYou pada tahun 2015 mendapat pengargaan Nobel.

      Bukan hal yang sebentar, dan tentunya keberhasilan Tu YouYou tidaklah mudah dan membutuhkan banyak dukungan dari berbagai pihak. Begitu banyak dukungan yang didapatkan Tu YouYou untuk mencapai semua itu mulai dari pemerintah sampai institusi – institusi yang bergerak dalam bidang kesehatan juga ikut berpartisipasi. Tentu, bukan hal yang lambat, dan merupakan intropeksi masing-masing mulai dari Individu untuk meningkatkan kualitas diri masing – masing sampai ke tingkat pengambil kebijakan untuk memberikan peluang dan dukungan yang besar untuk memperbaiki dan berusaha lebih memajukan Indonesia, apalagi dengan slogan kemerdekaan Indonesia yang ke 74 “SDM Unggul, Indonesia Maju” memberikan arah positif akan masa depan bangsa, bangsa yang maju karena SDM nya yang memiliki intelektual yang tinggi dan menjaga nilai – nilai Bangsa yang telah di amanahkan dari para pendahulu. Kini, BUKAN saatnya MENGATAKAN Indonesia itu kaya akan SDM dan SDA nya, NAMUN saatnya MENUNJUKKAN bahwa kita memang KAYA dan MAMPU untuk berpartisipasi demi kemanfaatan Bangsa Indonesia dan dunia.

Sumber:

  1. https://regional.kompas.com/read/2019/08/12/08242651/siswa-sma-di-kalimantan-tengah-jadi-juara-dunia-penyembuh-kanker?page=all
  2. https://ristekdikti.go.id/info-iptek-dikti/mahasiswa-ui-temukan-obat-alternatif-kanker-serviks-dari-racun-duri-lionfish/
  3. https://www.viva.co.id/digital/digilife/1175997-nasib-penemu-obat-kanker-di-indonesia-ditelantarkan-usai-juara
  4. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4667663/sebelum-bajakah-viral-tanaman-ini-lebih-dulu-diteliti-jadi-obat-kanker
  5. https://www.nobelprize.org/prizes/medicine/2015/tu/biographical/

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *